Implementasi Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Implementasi Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Konsep Cooperative Learning pada dasarnya mengacu pada pendekatan teori konstruktivisme, dimana dalam proses pembelajarannya memfokuskan  pada aktivitas siswa secara individual, menemukan dan mentranformasikan informasi secara kompleks. Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan kerja kelompok dan  interaksi setiap anggota kelompok. Ciri khas model pembelajaran tipe jigsaw dibentuk kelompok asal dan kelompok atau tim ahli.Untuk mengetahui  peningkatan hasil belajar yang diharapkan, pada akhir Kegiatan Belajar Mengajar(KBM) harus dilakukan tes akhir sebagai tolak ukur kemampuan siswa dalam menyerap bahan ajar dan  tolak ukur bagi keberhasilan guru dalam melaksankan KBM.
A. Pendahuluan

UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa  “ Pendidikan Nasional berfungsi     mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka     mencerdaskan
kehidupan bangsa , bertujuan untuk  mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang efektif pada tingkat satuan pendidikan, mulai dari tingkat dasar, tingkat menengah sampai perguruan tinggi.
Proses pembelajaran yang terjadi di tingkat sekolah merupakan implementasi dari dokumen kurikulum yang tertulis dalam kurikulum yang berlaku di setiap tingkatan sekolah. Pada tingkat pendidikan  dasar, matapelajaran yang tertuang sebagai dokumen dalam kurikulum adalah : Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial,  Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta  muatan lokal. Semua bahan ajar yang tersaji pada setiap matapelajaran tersebut akan mencapai tujuan pembelajaran dengan baik apabila guru mampu memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga dapat meningkatkan  berbagai potensi sebagaimana diharapkan.
Keberhasilan pembelajaran didukung oleh faktor pendukung utama yaitu: kurikulum, guru dan siswa. Dalam sebuah pembelajaran,posisi  guru memegang peranan sangat strategis.Melalui model pembelajaran yang dikuasainya, seorang guru dapat meningkatkan prestasi dan kompenesi belajar siswa.
B. Model Cooperative Learning
Model pembelajaran merupakan pola atau rencana yang  dirancang sedemikian rupa, digunakan saat menyajikan materi pelajaran, dan membimbing pengajaran di kelas.  Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa ciri model pembelajaran (Rusman,2008:150) diantaranya :
1.  Mempunyai misi atau tujuan  pendidikan   tertentu
2.  Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan  kegiatan belajar mengajar di kelas.
3.  Memiliki  bagian-bagian model sebagai berikut,(1) Urutan langkah-langkah pembelajaran, (2) Adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) Sistem Sosial dan (4) Sistem pendukung. Keempat langkah tersebut merupakan langkah praktis bila guru akan melaksanakan  suatu model pembelajaran.
4.  Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Belajar kooperatif (Cooperative Learning) merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif beranggota empat sampai enam orang  dengan struktur kelompok yang heterogen. ” Belajar Kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa  bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut”. Lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif yaitu : (1) saling ketergantungan yang positif, (2) interaksi berhadapan (Face-to-face interactive), (3) tanggung jawab individu (Individual Acuntability), (4) keterampilan sosial (Social Skills), (5) terjadinya proses dalam kelompok.
Belajar koperatif mewadahi bagaimana siswa dapat bekerjasama dalam kelompok. Tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok. Siswa harus merasakan bagaimana mereka akan mencapai tujuan melalui  kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.
Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh upaya guru dalam menetukan model dan upaya belajar siswa. Upaya belajar yang dimaksud adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan yang telah dimilki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan.
Ungkapan Slavin berikut merupakan pengalaman yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkat kan prestasi belajar siswa.Slavin (dalam Sanjaya) mengemukakan dua alasan. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa                  penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan  prestasi belajar siswa  sekaligus  meningkatkan kemampuan hubungan  sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta  meningktakan harga diri. Kedua, pembelajaran  kooperatif  dapat merealisasikan  kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Ungkapan yang disampaikan Slavin di atas merupakan  tujuan dari penggunaan model Cooperative Learning. Tujuan cooperative learning sebagaimana  diungkapkan Slavin  merupakan sesuatu yang harus dicapai  setelah siswa mengalami  proses pembelajaran.Peningkatan  hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai pada setiap akhir pembelajaran dan ini merupakan sebuah tolak ukur keberhasilan siswa memahami  konsep materi pembelajaran disamping tolak ukur kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.  Bukan hanya hasil belajar, sikap sosial juga merupakan target ketercapaian model pembelajaran kooperatif. Siswa merupakan peserta didik yang memilki potensi yang harus dikembangkan. Melalui model cooperative learning inilah potensi tersebut dapat diarahkan, dengan merealisasikan kebutuhan siswa  dalam proses belajar berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keetrampilan.
C. Karakteristik Model Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada  proses kerjasama dalam kelompok.Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.
Pembelajaran kooperatif  dapat dijelaskan dalam beberapa prespektif yaitu prespektif motivasi, prespektif sosial, prespektif perkembangan kognitif. Perspektif motivasi  artinya  penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling memperjuangkan keberhasilan kelompok. Prespektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar  karena mereka menginginkan  semua anggota kelompok menginginkan semua anggota kelompoknya memperoleh keberhasilan. Prespektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota  kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah  berbagai informasi. ( Wina Sanjaya ,2006:242)
Beberapa ciri strategi pembelajaran kooperatif adalah:
a.  Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus  saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Didasarkan manajemen kooperatif
Manajmen seperti yang telah kita kenal mempunyai empat fungsi yaitu ,
(1) perencanaan
(2)  organisasi
(3)  pelakasanaan, dan
(4)  kontrol.
Fungsi manajamen sebagai perencanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-angkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. Fungsi manajmen sebagai organisasi, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Fungsi manajmen sebagai pelaksanaan, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan  kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.
c. Kemauan  bekerjasama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif  ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya maka prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu mendapat penekanan.
d. Keterampilan bekerjasama
Kemampuan bekerjasama  dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar.Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup  berinteraksi serta berkomunikasi dengan anggota lain.
D. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: Penjelasan Materi, Belajar dalam Kelompok, Penilaian dan Pengakuan tim.
a.   Penjelasan Materi tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah  pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran
b.  Belajar Kelompok,  Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya
c.   Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu sedangkan kelompok akan memberikan penilaianpada kemampuan kelompoknya. Sanjaya    ( 2006:247) ”Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan  keduanya dibagi dua. Setiap anggota kelompok memiliki nilai sama dengan anggota  kelompok lainnya. Hal ini disebabkan  nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.”
d.  Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi  tim untuk terus berprestasi.
E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe JIGSAW
Istilah Jigsaw diartikan sebagai  gergaji atau puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa  dalam bentuk kelopok kecil.  Seperti diungkapkan oleh  Lie 1999:73 dalam Teti Sobari (2006:25)   ”pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab  secara mandiri”.
Dalam model kooperatif jigsaw, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat sehingga  meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok juga  bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari sertadapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.
Lei (1994) menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dan fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran.
Jhonson and Jhonson (dalam Teti Sobari 2006:31) melakukan penelitian yang hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah :
1)  Meningkatkan hasil belajar
2)  Meningkatkan daya ingat
3)  Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi
4)  Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik
5)  Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen
6)  Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah
7)  Meningkatkan sikap positif terhadap guru
8)  Meningkatkan harga diri anak
9)  Meningkatkan prilaku penyesuaian sosial yang positif
10)Meningkatkan
keterampilan hidup
bergotong royong.
Pembelajaran tipe jigsaw dikenal juga dengan kooperatif para ahli karena anggota setiap kelompok  dihadapkan pada permasalahan yang berbeda namun  permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama. Setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama dan  disebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya hasil pembahasan tersebut dibawa kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.
Tahapan kegiatan model pembelajaran kooperatif  tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:
a.    Membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
b.    Diskusi Kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut.
c.    Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli
d.   Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang di bicarakan tadi
e.    Perhitungan skor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.
Selanjutnya Stephen, Sikes and Snapp (1978),   mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw :
a)      Siswa dikelompokan kedalam 1-5 anggota tim
b)      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c)      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d)     Anggota dari tim  yang berbeda yang telah  mempelajari bagian / sub bab yang sama bertremu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
e)      Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f)       Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g)      Guru memberi evalauasi
h)      Penutup
Cooperative learning merupakan sebuah model yang  dapat memberikan sebuah kemudahan kepada guru untuk melaksanakan proses pembelajaran, karena dalam proses atau tahapan-tahapan yang dapat dilaksanakan dalam model cooperative learning ini, merupakan tahapan-tahapan yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar, termotivasi dengan kegiatan yang menarik, dapat membina aktivitas dan kerjasama siswa dalam mengembangkan bahan ajar sendiri bersama kelompoknya sehingga komponen tujuan , proses sebuah kurikulum mudah tersampaikan. Seperti disebutkan Jhonson (dalam Teti Sobriah 2006:31) pengaruh positif  dari pembelajaraan kooperatif itu adalah : (1) Meningkatkan hasil belajar (2) Meningkatkan daya ingat (3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi (4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (5) Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen (6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah (7) Meningkatkan sikap positif pada guru (8) Meningkatkan harga diri siswa (8) Meningkatkan prilaku penyesuaian sosial yang positif  dan (10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Tercapainya tujuan kurikulum sama artinya dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. Beberapa kelebihan yang perlu kita perhatikan, yaitu :
a.   Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan bahan ajar dari siswa yang lain.
b.  Cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c.   Cooperative learning dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan  segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d.  Cooperative learning
Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e.Meningkatkan prestasi
akademik sekaligus
kemampuan sosial.
f.Mengembangkan
kemampuan siswa untuk
menguji ide dan
pemahamannya sendiri.
g.Meningkatkan kemampuan
siswa menggunakan
informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi
nyata.
h.Meningkatkan  motivasi
dan memberikan
rangsangan berpikir.
Beberapa kelebihan cooperative learning di atas merupakan sebuah alasan bawa model pembelajaran cooperative learning ini dapat
digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu model yang dapat membantu siswa belajar dengan aktif, siswa dapat menggali dan mengalami sendiri pembelajaran yang terjadi sehingga dengan mudah pula dapat memahami bahan ajar. Pemahaman  materi pembelajaran merupakan arah siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik.  Hasil belajar yang baik merupakan hasil belajar yang diharapkan dari sebuah indikator pembelajaran.
Dengan tercapainya tujuan-tujuan tersebut itu berarti tercapai juga kompetensi dasar dan standar kompetensi yang diharapkan oleh kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun hubungan kurikulum dengan tujuan pendidikan, is/materi pembelajaran, pengalaman belajar/proses pendidikan, dan evaluasi digambar pada bagan  di atas.
Bagan di atas mejelaskan bahwa, kurikulum merupakan sebuah dokumen yang penting sebagai patokan utama dalam melaksanakan proses pembelajaran, dalam pengembangan kurikulum terdapat komponen-komponen kurikulum yang tidak dapat dipisahkan satu sama  sama lain.  Dalam
kurikulum terdapat kompo-nen tujuan, komponen isi/materi pembelajaran, proses yang didalamnya terjadi sebuah kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar ini terjadi interaksi multi way trafic comunication interaksi ini terjadi melalui model–model pembelajaran  dalam
hal ini model cooperative learning, kemudian komponen selanjutnya adalah penilaian. Penilaian sebagai alat untuk mengukur kemampuan siswa dalam belajar dilaksanakan pada awal, akhir dan pada saat proses belajar dilaksanakan. Berhasil tidaknya siswa memahami bahan ajar melalui sebuah model pembelajaran dapat dijadikan sebagai tolak ukur ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Salah satu cara untuk menggairahkan siswa tersebut pemilihan metoda/ model turut menentukan, seperti model pembelajaran cooperative learning, seperti dijelaskan ” salah satu usaha yang tidak pernah ditinggalkan guru adalah bagaimana  memahami kedudukan metode dan model sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian  adalah hal-hal yang nyata dan betul-betul dipikirkan oleh guru ” (Syaiful Bahri Djamarah, 2006:82). Cooperative learning dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam pengembangan kurikulum, dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan akan mudah tercapai melalui pembelajaran cooperative learning pada berbagai mata pelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang dapat menggunakan model pembelajaran cooperative learning sebagai model yang membangkitkan motivasi, memunculkan kerja sama yang baik, siswa menggali materi sendiri dan mengalami pembelajaran dengan asyik dan termotivasi. sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran.
Cooperative learning yang dapat mengaktifkan siswa ini sangat berarti, karena seperti dijelaskan ”pada prinsipnya belajar adalah berbuat. berbuat untuk mengubah tingkahlaku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas” (Sardiman, 2007:95) itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang penting di dalam iteraksi belajar mengajar, dalam cooperative learning lebih menonjolkan aktivitas siswa, dalam menggali materi pembelajaran melalui keterampilan-keterampilan siswa. Dengan mengembangkan keterampilan siswa dalam belajar , anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan  dan mengembangkan  sikap dalam belajar. ” keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap nilai dalam proses belajar mengajar  sehingga menumbuhkan belajar siswa yang aktiv” (Conny Semiawan 1987:18). Dalam penerapan model Cooperative Learning siswa dituntut aktif. Aktivitas tersebut akan terlihat dari keterampilan-keterampilan individu siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan anggota kelompok dapat menumbuhkan motivasi siswa sehingga  aktif dalam sebuah proses pembelajaran.
F. Simpulan
Sebuah model pembelajaran perlu direncanakan. Tanpa adanya sebuah perencanaan, sebagus apapun sebuah model digunakan tidak akan menghasilkan produk yang baik. Karenanya betapa pentingnya sebuah perencanaan untuk menciptakan sebuah kondisi pembelajaran, dan akan lebih mendapatkan hasil apabila model pembelajaran yang digunakan merupakan model yang menitik beratkan kepada aktivitas siswa. Model cooperative learning, merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan kepada kerja kelompok siswa dalam memecahkan masalah, menggali informasi, dan mentranfer ilmu yang diperoleh dari sebuah proses pembelajaran.
Model cooperative learning sebuah model yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, sehingga siswa dengan mudah berinteraksi untuk menggali bahan ajar, melalui semua sarana yang ada. Guru berkedudukan penting dalam sebuah pebelajaran. Pencapaian tujuan pembelajaran akan dapat dicapai siswa dengan mudah. Jika gurunya profesi-onal kegiatan belajar mengajar yang di rencanakan dipola sehingga kegiatan menjadi menarik dan menyenangkan siswa. Cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang menggali kerjasam siswa dalam kelompok, bersama mencari bahan ajar, sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Oleh: Samsuri
Credit: http://hipkin.or.id/?p=59


Daftar Pustaka.
Aditun, (2007) Kaedah Pembelajaran Kooperatif, www//aditun. Tripod.com.
Dahlan, Moh.Djawad, (1990 ) Model-model Mengajar, Diponegoro, Bandung
Hamalik,Oemar (2007) Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Remaja Rosda Karya, Bandung.
Ratna.WD (1988), Teori-teori belajar, Erlangga, Jakarta
Rusman, (2008) , Manajmen Kurikulum Seri Manajmen Sekolah Bermutu, UPI Press Bandung
Sanjaya,Wina (2006) Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta.
Sanjaya, Wina (2006), Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta
Siahaan, Prasaoran (2004) Pembelajaran kooperatif ( Makalah Pelatihan Pemandu BidangStudy/ PBS IPA) Fisika, UPI Bandung.
Sujana, Nana,( 2005) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya , Bandung.
Sukmadinata, Nana Syaodih (2003) Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Dasar, Konsep, Prinsip, dan Instrumen, Kusuma Karya Bandung
×

© KTSP SMART SYSTEM. All rights reserved.

Designed by Way2themes